Senin, 30 September 2019

Review Jurnal


REVIEW 2 ARTIKEL JURNAL TEORI KEBUDAYAAN










Disusun oleh :
Chika Ardeviya Rista / 1711025038
Mata Kuliah                : Teori Kebudayaan
Dosen Pengampu        : Tristanti Apriyani, S.S.,M.Hum





PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA, BUDAYA, DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
2019






1.      Review Artikel jurnal
1.
Judul
Kearifan Lokal Adat Masyarakat Sunda dalam Hubungan dengan Lingkungan Alam
2.
Penulis
Ira Indrawardana
3.
Nama jurnal
KOMUNITAS(http://journal.ac.id/nju/index.php/komunitas).
4.
Nomor, Tahun terbit, halaman
Komunitas 4 (1) (2012) : 1-8
5.
Permasalahan
Pada era sekarang ini banyak generasi muda yang tidak mengetahui kearifan lokal yang ada di Indonesia. Dan hanya generasi tua saja yang memahaminya. Padahal sebagai generasi  muda hendaknya kita mengambil peran penting dalam melestarikan kebudayaan terlebih kearifan lokal yang ada. Sehingga masih terjaga dan tidak tergerus oleh zaman. Terlebih tentang kebudayan suku – suku yang menjadi keragaman dalam bangsa Indonesia sudah sepatutnya untuk diketahui dan diteliti sehingga selalu mendapatkan informasi dan hasil yang referen dengan zaman.  Karena kearifan lokal yang dimiliki oleh suatu bangsa dapat digunakan sebagai daya tarik wisatawan baik itu internasional maupun lokal guna meningkatkan sumber penghasilan negara maupun daerah setempat. Nilai – nilai yang terkandung dalam kearifan lokal mempunya nilai yang baik dan dapat digunakan sebagai pegangan hidup terutama dalam hal moral dan kehidupan. Terlebih jurnal ini membahas kearifan lokal yang terdapat pada orang kanekes yang sangat kental akan keterikatan dengan alam dan bagaimana hidup berdampingan dan melestarikan alam. Banyak manfaat yang didapatkan dengan melindungi alam dan memberikan kehidupan bagi manusia.
6.
Metode yang digunakan
Metode penelitian kualitatif deskriptif pada
masyarakat Kanekes ( orang Baduy).
7.
Teori yang digunakan
Teori Evolusioner Multilinear
8.
Hasil / kesimpulan
Penulis memaparkan hasil tentang bagaimana alam ini bermanfaat bagi manusia. Terlebih alam dapat membentuk perilaku manusia itu sendiri ( mentalitas). Alam telah memberikan manfaat yang begitu banyak bagi manusia. Bagi masyarakat sunda terutama masyarakat Kanekes ( suku Baduy), alam telah menjadi teman hidup. Dari alam mereka bisa belajar dan hidup dega  damai di hutan. Alam memberikan kenyamanan bagi suku baduy. Alam bagi masyarakat sunda tidak hanya dipandang sebagai sumber ekonomi saja melainkan dijadikan sebagai lambang kehidupan manusia, etik dan estetik. Alam dijadikan tempat pengandaian, perumpamaan bagi tabiat dan perilaku manusia. Melalui ungkapan dalam bentuk bahasa perbandingan, kias ataupun metafora. Melalui bentuk bahasa demikian kita dapat mengetahui kekayaan flora dan fauna di lingkungan alam masyarkat sunda. Dalam masyarakat sunda banya nama – nama tokoh yang mengandung unsur alam seperti : Prabu Lingga Buana, Gajah Lumantung, dan lain – lain. Selain itu nama ajian juga banyak digunakan sebagi perumpamaan seseorang yang memiliki kekuatan yang lebih. Misalnya Bayu Braja, Guntur Bumi, Kidang kancana, Pa Macan, dan sebagainya. Beberapa ungkapan yang digunakanpun mengandung nasihat yang baik yang berasal dari unsur – unsur alam. Masyarakat sunda terlebih suku baduy sangat terikat dengan alam sehingga tradisi mereka hingga kepercayaan masih memahami animisme dan dinamisme. Masyarakat Kanekes mempercayai bahwa mereka merupakan keturunan dari Batara Cikal dari tujuh Batara yang diciptakan oleh Nu Ngersakeun atau Tuhan dalam pemahaman mereka. Menurut orang sunda, “bumi tempattinggal sekaligus kitab hayat”. Dari ungkapan, folklore, perumpamaan, pengandaian masyarakat sunda yang berasal dari alam secara tidak  langsung merupakan kearifan lokal yang dimiliki orang sunda. Tentunya pada akhirnya bahwa budaya Sunda yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat Sunda (termasuk didalamnya tatanan adat Sunda yang berkembang di kalangan masyarakat adat Sunda atau komunitas masyarakat Sunda yang masih terikat dengan tatali paranti karuhun) memiliki peranan dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan alam dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat Sunda. Masyarakat Sunda dalam kebudayaannya tidak hanya mengenal nama atau perisitilahan alam tetapi juga memiliki kemampuan ‘menghayati karakter setiap unsur alam’ sebagai pelajaran yang kemudian dijadikan sebagai pengandaian dalam memandang diri dan manusia lain.
9.
Kelemahan
Penulis dalam menjelaskan budaya orang sunda belum terlalu jauh dalam membahas kebudayaan secara keseluruhannya. Padahal kebudayaan orang Sunda banyak tidak hanya terbatas pada orang Kanekes saja. Menurut saya jika penulis ingin fokus membahas orang Kanekes saja lebih abik judul jurnal dispesifikan saja menjadi Kearifan Lokal Adat Masyarakat Kanekes Dalam Hubungan Dengan Lingkungan Alam.  Pada dasarnya orang sunda bukan hanya berasal dari suku baduy saja namun ada juga suku jawa maupun betawi yang menempati tanah pasundan yang lebih tepatnya di daerah Jawa barat. Dalam hal kepenulisan terdapat beberapa kata yang kurang efektif seperti penggunaan kata masyarakat manusia. Menurut saya, dua kata tersebut memiliki makna yang sama terlebih dalam konteks jurna tersebut. Karena jika membahas masyarakat sudah tentu manusia. Dalam jurnal ini memiliki banyak kalimat panjang. Dimana tidak ada tanda baca jeda seperti koma. Sehingga pembaca akan cepat merasa lelah dalam membaca karena jarak dari kalimat satu ke kalimat lainnya cukup jauh.
10.
Kelebihan
Penulis sudah bagus dalam memaparkan materi sesuai abstrak yang telah ada dibagian atas. Teori dan metode penelitian sudah cukup memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang dipaparkan penulis.

2.      Review jurnal
1.
Judul
Budaya Jawa dalam Novel Tirai Menurun Karya NH. Dini.
2.
Penulis
Ika Dwi Astutik
3.
Nama jurnal
Jurnal Sapala
4.
Nomor, Tahun terbit, halaman
Nomor 01 tahun 2012, 0 – 216
5.
Permasalahan
Jurnal ini mengangkat permasalahan tentang bagaimana sikap hidup orang jawa, dan bagaimana   makna simbolik budaya Jawa pada novel Tirai Menurun karya NH. Dini.
6.
Metode yang digunakan
Metode deskriptif kualitatif, teknik baca catat, dan riset
7.
Teori yang digunakan
Teori simbolisme, teori Jong, makna simbolik yang
dikemukakan oleh Geerts melalui interpretatif     simbolik.
8.
Hasil / kesimpulan
Sikap orang Jawa merupakan perwujudan tingkah
 laku yang yang berasal dari pemahaman terhadap gejala – gejala kehidupan dan pengalaman – pengalaman. Sikap orang Jawa yang terdapat di dalam novel Tirai Menurun yaitu : sikap eling, rila,nrima, dan sabar. Sikap inilah yang diangkat oleh penulis melalui tokoh dalam novel tersebut kepada pembaca. penjabaran dari keempat sikap tersebut sebagai berikut :
a) Eling yaitu sikap mengingat pada Tuhan dalam hal apapun dan bagaimanapun. Sehingga manusia tersebut senantiasa berbuat kebaikan dan menjaga dari sikap tutur kata yang buruk (Endraswara, 2006: 37). Dan mengetahui bahwa Tuhan tahu segala yang dilakukan oleh manusia. Pada novel Turun Menurun sikap eling ini: “Dia juga semakin percaya betapa untung mereka hidup di kota serba kecukupan. Makanan selalu ada, penutup tubuh tidak kekurangan. Atap yang menaungi mereka pun lebih dari lumayan, meskipun diwaktu hujan-hujan deras, bocor disana-sini. Tetapi dalam hal ini mereka tidak sendirian. Semua tetangga di kampung senasib. Rumah Bu Usup bertegel dan berdinding batu bata pun selalu kebocoran di saat-saat hujan angin yang keras melanda kota. Tidak, Simbok tidak pernah mengeluh. Tuhan sangat melindungi keluarga Simbok meskipun dia telah berlalu cepat mengambil suaminya. Barang kali suami itu pernah mempunyai kesalahan besar di masa hidupnya sehingga hantu penjaga bukit perkebunan mengambilnya menjadi pembantu mereka. kalau memang demikian, itu juga sudah kehendak Tuhan. Rizeki dan kehidupan baik di kota itu pun diberikan Tuhan kepada Simbok, sebab itu dia takut untuk menjadi rakus.” (Dini, 2010:158). Sang tokoh simbok memiliki sifat yang selalu bersyukur dan mengingat akan Tuhannya dalam keadaan apapun juga. Dari cuplikan cerita dari novel tersebut menjelasakan bahwa orang jawa selalu ingat kepada Tuhan. Selain itu orang Jawa tidak pernah lupa untuk bersyukur dalam suka maupun duka.
b) Rila merupakan sikap rila merupakan sikap ikhlas, suatu keikhlasan yang ada dalam batin seseorang, kesediaan menyerahkan segala milik, kemampuan dan hasil karya terhadap Tuhan.sehingga melatih seseorang untuk bersikap tenang dalam menghadapi segala sesuatu baik itu baik mapun buruk tanpa merasa terkejut dan tanpa penyesalan. Berikut kutipan sikap rila dalam novel Tirai Menurun karya NH. Dini :
“Tanpa suami, Simbok akan bisa hidup dan menghidupi keluarga berkat peninggalan tersebut. Pada musim-musim panen padi, kopi, dan coklat, dia bisa menggabung dengan desa sekeliling mencari tambahan upah. Petani pemilik tanah dan perkebuanan selalu memerlukan tenaga yang disewa dengan bayaran harian. Simbok pastilah dapat meneruskan hidup dengan caira demekian. Orang-orang seperti mereka tidak rakus. Hanya mempunyai kebutuhan yang terdiri dari bahan-bahan pokok disamping dua pasang baju. Di waktu-waktu paceklik yang paling dasyat pun, seisi rumah masih bisa mengunyah kimpul yang selalu tumbuh di pojok-pojok pekarangan atau di pagar ladang. Kelapa juga tidak pernah berhenti memberi hasil.” (Dini, 2010: 62). Melakukan sikap rila sebenarnya susah untuk dilakukan. Tokoh Simbok pada novel ini mencerminkan sikap rila dimana Simbok Sumirat yang selalu tabah dalam segala cobaan dari Tuhan. Kerelaan Simbok dalam menghidupi keluarganya menjadi buruh atau tenaga sewaan dengan bayaran harian. Asalkan semua keluarga dapat makan dan Simbok masih dapat memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari saja, Simbok rela melakukan pekerjaan itu, apalagi demi anak-anaknya masih kecil-kecil.
c) Nrima yaitu sikap dasar dan sikap batin orang Jawa yang selalu melekat pada diri orang Jawa. Sikap nrima cenderung mengarah pada sikap pasrah seseorang. Berikut kutipan sikap nrima dalam novel Tirai Menurun :
“Ya, bagaimana lagi, karena memang kami ini orang mbarang (ngamen),” sambung Pak Cokro melengkapi basa-basi. “Kata orang, masing-masing kami menyandang tugas di dunia ini. Lha, tugas kami adalah menyenangkan hati orang dengan mengamen, meyuguhkan tontonan.” (Dini, 2010: 138).
Dari kutipan diatas menggambarkan bahwa tokoh mbarang merelakan dirinya dihina dan dipuji oleh orang – orang yang menyaksikannya. Yang terpenting mbarang menyelesaikan pertunjukkannya sehingga penonoton mersa terhibur. Hal ini mencerminkan bahwa orang jawa selalu menerima nasib atau takdir yang diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing manusia, tanpa mengurangi rasa semangat dan tetap berusaha agar menjadi lebih baik.
d)     Sabar merupakan tingkah laku yang baik, yang harus dimiliki oleh setiap orang. Semua agama menceritakan bahwa Tuhan mengasihi kepada orang yang bersifat sabar. Sikap sabar menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan agama dan bersikap tenang manakala terkena musibah, serta berlapang dada dalam kefakiran di tengah-tengah medan kehidupan. Berikut kutipan dalam novel Tirai Menurun : “Hidup keluarga Simbok tidak merana di kota yang dahulu sangat menakutkannya itu. Pada suatu ketika dia malahan pernah menganggap tempat itu akan melalap Bapak Sumirat. Yang terjadi justru lembah gunung dan kabel perkebunanlah yang mencelakan suaminya.” “Kini Simbok merasa cukup tenang, tidak ada yang patut dikeluhkan. Dia juga tetap teringat akan kebaikan kerabat uwaknya yang pernah sudi menampung dia bersama anak-anak. Sekali-sekali, Simbok masih mengunjungi mereka sambil membawa sesuatu yang dapat membikin tanda, bahwa hubungan keakraban masih tetap terjalin dari pihak ibunya Sumirat.” (Dini, 2010: 153). Tokoh simbok mencerminkan sebagai seorang istri yang sabar dalam menjalankan dan mempertahankan keutuhan rumah tangganya. Terlebih Simbok yang telah ditinggal mati suaminya.
Dalam pembahasan dalam jurnal ini juga menjelaskan tentang makna simbol budaya jawa seperti makna simbolik pernikahan, makna simbolik upacara mitoni, dan ungkapan tradisional jawa.
Upacara mitoni merupakan rangkaian upacara siklus hidup yang samapai saat ini dilakukan oleh masyarakat Jawa. Upacara Mitoni dilaksanakan apabila usia kehamilan seseorang berusia tujuh bulan dan pada kehamilan yang pertama kali dengan tujuan agar embrio dalam kandungan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan. Hal ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa, akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim sang ibu.
Upacara pernikahan dalam jawa yaitu nontoni yang bermakna memperlihatkan calon menantu kepada kedua pihak keluarga mempelai.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap orang Jawa yang disimbolkan pada novel Tirai Menurun ini mengatakan bahwa sikap eling, rila, nrima, dan sabar membawa orang Jawa untuk selalu berpikir positif.
9.
Kelemahan
Setiap tulisan pasti ada segi kekurangannya. Terlebih dalam sebuah penelitian. Dalam jurnal ini terdapat beberapa tulisan yang typo yaitu kata caira yang seharusnya ditulis cair. Ada beberapa tulisan yang tidak sesuai dengan EYD seperti kata : Dimana, diluar, disana yang seharusnya ditulis dengan di mana, di sana, dan di luar.
10.
Kelebihan
Penulis sudah baik dalam memaparkan hasil penelitian sesuai dengan teori dan metode penelitian. Penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan banyak sumber dan referensi yang reverence. Bahasa yang digunakanpun cukup ringan dan mudah dipahami terlebih untuk pembaca pemula seperti mahasiswa yang sedang mencari referensi untuk tugas kuliah. Data – data yang ada sesuai dengan apa yang ditemui dalam lapangan. Penulis memaparka setiap hasil analisanya dengan sistematis sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat.

Review Jurnal

REVIEW 2 ARTIKEL JURNAL TEORI KEBUDAYAAN Disusun oleh : Ch...