Sabtu, 30 Desember 2017

Wujud nyata didikan Komandan Drs. Sutono



Buah Manis Menjadi Aktivis
                Oleh : Chika Ardeviya Rista


Pelajar bisa dikatakan bahwa ia seorang yang berilmu dan terdidik. Dimana seorang pelajar harus mengembangkan dirinya dalam proses pembelajaran pada jalur pendidikan . baik pendidikan informal,pendidikan formal maupun pendidikan nonformal,pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Namun ketika pelajar yang hanya mencari status saja. Dimana yang dilakukan hanyalah datang duduk diam mendengarkan dan pulang . Tanpa hasil yang berharga.  Maka makna sebuah pelajar itu telah pudar. Pelajar dapat disama artikan dengan seorang mahasiswa. Dimana keduanya sama-sama sedang menuntut ilmu yang membedakan hanyalah kompetensi yang dipelajari. Pelajar juga dapat diartikan seperti 3 kriteria mahasiswa. Yaitu Kupu-kupu (kuliah-pulang),Kura-kura (Kuliah- rapat) atau Kunang-kunang (Kuliah-Nongkrong). Pilihan ada ditanganmu dan masa depan sudah menantimu. Jangan sampai salah langkah. Karena waktu yang sudah berlalu tidak dapat bersatu. Namun jadilah seorang pelajar yang seimbang antara organisasi dan prestasi didalam kelas.
Menjadi seorang aktivis nyatanya bukan menjadi pilihan dari kebanyakan pelajar. Pandangan pelajar akan seorang aktivis hanyalah sibuk berorganisasi namun tidak diimbangi dengan prestasi. Namun justru itu yang menjadi tantangan tersendiri,bagaimana kita bisa memanagement waktu sehingga keduanya dapat sinkron. Sehingga aktivis bisa berprestasi walau dengan segudang organisasi. Itulah yang membedakan antara aktivis dengan pelajar biasa.
Pelajar yang hanya mementingkan akademiknya saja akan menjadi musuh nyata bagi sebuah organisasi. Apalagi organisasi yang berlandaskan islami benar-benar dijauhi pelajar masa kini (zaman now). Hanya segelintir orang yang mampu melihat sisi baik dari sebuah ikatan ini. Dan tak dipungkiri ikatan ini mampu melahirkan kader berjiwa tinggi dengan nilai islami yang menjadi pondasi. Ikatan ini bernama IPM. Salah satu organisasi otonom yang bernanung dibawah persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak dilingkup pelajar. Diikatan ini banyak hal yang kami dapati dan tidak kami temui dibangku sekolah. Hanya anak yang hebat yang mampu menaklukan medan ini. Disini mental dan fisik kami ditempa. Sopan santun menjadi ciri khas dari kami.  Retorika bicara dan sikap disiplin yang dituju. Namun selalu pondasi agama yang nomor satu. 
Kebanyakan pelajar meremehkan akan predikat sebuah aktivis. Namun nyatanya semua orang sukses dapat dikatakan bahwa ia pernah menjadi aktivis melalui organisasi. Telusuri  saja pada curriculum vitaenya pasti ada segudang pengalaman melalui organisasi. Menjadi aktivis dilingkup islami menjadikan kami seakan mendayung sekali dua pulau terlampaui. Kami bisa berorganisasi sekaligus berdakwah dimana pahala akan mengalir tiada henti. 
Aktivis sejati tidak akan memikirkan balasan apa yang akan diberi. Yang ada dipikiran mereka hanya apa yang dapat mereka beri untuk organisasi. Kontribusi nyata seorang aktivis selalu jadi orientasi dari keberhasilan sebuah organisasi. Apalagi diikatan ini kami terkenal dengan julukan “James Bond” (Jaga Masjid ama Kebon). Dibenak pelajar biasa hanya bisa tertawa dan berkata “Apa hebatnya menjadi aktivis yang mendapat julukan james bond yang ada hanya seperti pembantu”. Kata-kata itu terkiang dibenakku hingga saat ini. Hingga kami bertekad untuk membuktikan kepada mereka bahwa kami bisa menjadi seorang intelek diberbagai bidang. Cacimaki itu tidak dipungkiri kini malah menjadi boomerang bagi mereka sendiri. 
Sang Illahi tidak pernah mengingkari janji. Dimana jika kita berjuang dijalanya maka Allah akan memudahkan jalan kita pula. Tidak dipungkiri banyak uluran tangan yang menjadi perantara dari bonus sang pencipta. Jalan itu sudah terbuka lebar bagi kader muda yang berjuang dengan ikhlas tanpa mengenal  lelah. Beasiswa kader untuk para kader sejati sudah menanti. Menciptakan seorang cendekiawan dan intelektual. Kini kami membuktikan bahwa apa yang kami tanam kini sudah berbuah manis. Sejak tahun 2014 hingga tahun 2017 sudah ada 37 kader IPM Smk Muhammadiyah Kajen yang memperoleh beasiswa kader . Diantaranya 20 kader di Universitas Ahmad Dahlan, 4 kader di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan 13 lainnya mendapatkan beasiswa dari Drs. Iman Sukiman sahabat karib dari Drs. Sutono sejak di organisasi dulu . Ikatan senasip seperjuangan menjadikan beliau melangkah bersama untuk berkontribusi nyata dengan memberikan beasiswa kepada kader penerus bangsa. 
            Ini adalah bukti nyata kader yang telah meraih beasiswa kader : 
1.   Tifanny Nur Fadilah (Universitas Ahmad Dahlan/Sistem Informasi)
2.     Taufik Fadilah (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta / Teknik Mesin)
3.      Ana Rosdiana Mila (STPI BINA INSAN MULIA/PGRA)
4.      Maratus Sholehahningsih (STPI BINA INSAN MULIA/PGRA)
5.      Mya Novitasari (STPI BINA INSAN MULIA/PGRA)
6.      Rizqiyyatunnisa (STPI BINA INSAN MULIA/PGRA)
7.      Awhinarto (Universitas Ahmad Dahlan /PAI)
8.      Lutfi Bagus Aditya (Universitas Ahmad Dahlan /Teknik Industri)
9.      Hengki Roy Erfangga (Universitas Ahmad Dahlan /Matematika)
10.  M. Subhi (Universitas Ahmad Dahlan / Teknik Industri)
11.  Rizal Syaefudin (Universitas Ahmad Dahlan / Teknik Elektonika)
12.  Alma Fauziyah Sulaiman (Universitas Ahmad Dahlan / Teknik Kimia)
13.  Eka Novia Nurwahidah (Universitas Ahmad Dahlan /Tafsir Hadits)
14.  Nenti Febi Setiahadi (Universitas Ahmad Dahlan / Teknik Kimia)
15.  Tomi Februari (STIENUS MEGAR KENCANA/Management )
16.  Mat Khoirul (STIENUS MEGAR KENCANA/Management )
17.  Rago Setyawan (STIENUS MEGAR KENCANA/Management )
18.  Nurul Mubaekah (STIENUS MEGAR KENCANA/Management )
19.  Yulita Laras Utami (STIENUS MEGAR KENCANA/Management )
20.  Hardi Mahardika (Universitas Ahmad Dahlan /PAI)
21.  Kamal Haqi (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta /Agribisnis)
22.  M. Lutfi Maulana (Universitas Ahmad Dahlan /Tafsir Hadits)
23.  M. Yusni (Universitas Ahmad Dahlan /P.Fisika)
24.  Nurul Huda (Universitas Ahmad Dahlan /Perbankan Syariah)
25.  Chika Ardeviya Rista (Universitas Ahmad Dahlan /Sastra Indonesia)
26.  Indah Puspita Sari (Universitas Ahmad Dahlan /Teknik Kimia
27.  Ismayatun (Universitas Ahmad Dahlan / Bisnis Jasa makanan)
28.  Karisma (Universitas Ahmad Dahlan /Teknologi Pangan)
29.  Mafis (Universitas Ahmad Dahlan /Ekonomi Pembangunan)
30.  Novia Eriana Iraduwiani (Universitas Ahmad Dahlan /Sastra Indonesia)
31.  Resfauzi Norma Safarda (Universitas Ahmad Dahlan / Perbankan Syariah)
32.  Riza Setiani (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta/Akuntansi Terapan)
Kini kami telah membuktikan bahwa menjadi aktivis juga membawa berkah. Bonus itu akan datang dengan sendirinya untuk kader sejati. Jangan pernah ragu ketika memperjuangkan agama Allah. Karena bonus itu akan datang pada waktu yang tepat. Tugas kita hanya berjuang dengan ikhlas maka bonus akan datang dengan sendirinya. Berproseslah dengan baik karena hasil tidak akan menghianati proses. Niatkanlah untuk berdakwah sehingga bonus itu akan menghampiri.
Goreskan tinta pada kain putih
Sepenuh jiwa tanpa harap balas budi
Berjuang tanpa henti pada ikatan ini
Hingga nadi terhenti dari raga ini
Lambaian tangan dermawan takkan terhenti
Untuk kader sejati diseluruh negeri

~~ Buah Manis menjadi Aktivis ~~
Sang pejuang pena dari tanah jawa.

Sang Lentera Senja Drs. Sutono

Lentera Senja 
oleh : Chika Ardeviya Rista
                         
Riuhnya angin bergemuruh menggoda nyiur melambai di tepi pantai. Rintikan hujan mulai turun membasahi negeri ini. Awan kelabu kini engan berlalu. Langit yang sedari tadi biru kini menjadi abu-abu. Burung-burung yang tengah asyik bercengkramah kini telah goyah. Begitupula dengan kelelawar yang tengah terlelap tidur tak kunjung bangun. Lantunan adzan maghrib berkumandang memanggil insan tuk segera datang. Ku coba melangkahkan kaki menuju mushola depan rumah. Memantapkan jiwa tuk bersujud padanya. Gemericiknya air yang mengalir basahi diri ini. Dinginnya  mampu mencairkan suasana hati yang tengah beku ini. Dimana ada segumpal gelisah gulanah dalam dada. Hingga tak ku pungkiri mampu mensucikan diri dan menentramkan hati. Sujud syukurku mengharap ampunan darimu. Berharap mendapat secerca petunjuk dari sang pencipta. Meneguhkan hati pada diri ini tuk melangkah tanpa menoleh ke belakang.Tak  butuh  banyak  untaian  kata  tuk  berkata  “Iya”  dan  menerima keputusan ibuku. Harapanku melanjutkan SMA  di  kota kini telah sirnah dan berubah dengan SMK yang siap kerja. Usia yang masih muda menjadikan ego tak dapat dihalau lagi. Namun diri ini harus ikhlas dan percaya bahwa ridho ibu adalah Ridho Allah. Semoga dari rasa keterpaksaan menjadi buah kesuksesan.

Hari ini aku mulai menapaki masa putih abu-abu. Bukan rok abu panjang yang ku kenakan.  Melainkan kain abu-abu yang didesign sedemikian rupa seperti celana bentuknya. Banyak yang  mengira aku mengambil jurusan farmasi ataupun perawat. Namun perawatan computer dan jaringan yang ku tekuni saat ini. Langkah ini menjadi berat ketika aku tersesat di dunia ini. Hanya berbekal nekad dan tekad yang kuat. Hari demi hari semakin jauh berlalu. Aku masih saja tak menemukan siapa jati diriku. Dimana letak bakat dan minatku. Tak sadar pada diri ini jika butuh asupan organisasi. Jiwa yang sudah aku miliki sejak duduk di menengah pertama yang jadi motivasi. Osis yang dulu jadi tempat naungku tak ku temui disini. Hingga suatu hari aku mulai mengenal ikatan ini.
IPM nama organisasinya.Suatu ikatan pelajar yang di bawah naungan muhammadiyah. Ku  mencoba menerjunkan diri tuk mengabdi pada organisasi ini. Awalnya begitu sulit dan membosankan. Namun setelah ku mengenal sosok  ini, tak perlu ada langkah yang harus terhenti tapi harus melangkah pasti. Drs.Sutono itulah nama lengkapnya, namun beliau lebih akrab disapa komandan. Beliau  sosok inspiratif yang ku temui di zaman sekarang ini. Dimana kebanyakan orang lebih mementingkan diri sendiri ketimbang mengabdi pada negeri .Beliau adalah pembina IPM ku yang memiliki semangat seribu,sehingg tak pernah ragu tuk berkata aku pasti mampu. Komandanku sudah menjadi Pembina IPM sejak awal berdirinya Sekolahku sekitar tahun 2002 hingga sekarang. Berdirinya IPM di sekolahku penuh dengan tantangan dan rintangan. Namun adanya sosok komandan ini mampu membangkitkan semangat dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dikalangan kader muda bangsa.
Komandanku  menjadi  tempat  berteduh  para  kader  muda  di  sekolahku.  Beliau merupakan sesosok yang tegas,disiplin dan patut menjadi tauladan. Hanya ada 19 kader IPM pada awal periode . Siswa yang menjadi target utama kini malah menjadi musuh nyata. Banyak siswa yang tak suka berorganisasi dan hanya mengejar prestasi. Tantangan yang silih berganti menghampiri,dimana banyak orang tua dari kader yang tidak merestuinya. Cinta pada negeri tak  melulu dengan sebilah bambu runcing hingga  nyawa  jadi  taruhannya. Namun mempersiapkan kader militant sebagai penerus bangsa jadi prioritas utama. 
Jiwa mudanya tak pernah tergerus akan majunya zaman. “Usia memang senja namun jiwa harus tetap muda” begitu kata-kata yang sering dilontarkan ayah dua orang anak itu. Nyatanya jiwa mudanya tak pernah habis dimakan usia. Walau beliau tengah terkapar tak berdaya namun tak pernah ditampakkan sakitnya. Beliau adalah seorang pendidik yang patut jadi tauladan. Komandanku mengajarkan kami banyak hal yang tak ku dapatkan dimanapun ku berada. Komandan selalu mengajarkan kami untuk cerdas. Cerdas lapangan,cerdas kelas dan kerja cerdas. Komandanpun bukan orang yang hanya mampu menyuruh namun juga mencontohkan terlebih dahulu. Komandanku tak pernah ada kata diam jika masih ada yang bisa dilakukan. 
Kegiatan yang padat di IPM kadang menjadikan semangat belajar kami menurun. Namun tidak jika komandan sudah turun tangan. Semua bisa kena omelannya jika tau kadernya ada yang mengulang. Prinsip hidup yang sering digembar gemborkan sebagai penyemangat untuk kami adalah tertib ibadah,tertib belajar,lan tertib organisasi. Intinya jika kita berjuang menolong agama Allah, maka Allah juga akan menolong kita. Jadi jangan pernah takut merasa sendiri karena kita selalu dilindungi olehnya. 
Komandanku sebagai tameng ikatanku. Beliau selalu menjadi yang terdepan jika tiap kali ada musibah yang mendera kami. Mulai dari hal sepele hingga hal yang paling rumit. Tampang komandan memang sangar,namun tidak dengan hatinya.  IPM muhamka sudah terkenal akan kedisplinan dan cekatannya. Bahkan kami mendapat sebutan Singanya IPM Pekalongan. Didikan kami yang berbeda dengan sekolah lainnya menjadikan kami istimewa. Setiap dua minggu sekali kami selalu dikader oleh kakak senior serta didampingi komandan. Hasil dari sebuah kader tergantung dari cara didikan mental dan spiritualnya. Itulah yang menjadikan kami istimewa. 
Ditengah majunya teknologi dan ilmu pengetahuan, tak ubahnya anak SMK yang tak mau diam bekerja saja. Namun ilmu yang tinggi juga harus digapai setinggi mungkin. Keterbatasan ekonomi menjadi penyebab utama terhentinya langkah kader muda. Tapi tidak kata komandan. “Persyarikatan ini memiliki beribu perguruan dan sekolah tinggi yang tersebar diseluruh negeri. Itu semua untuk siapa lagi kalau bukan untuk generasi muda muhammadiyah. Jangan biarkan amal usaha milik kita namun tak berisi kader mudanya”. Begitu pemikiranya dalam mendidik kader mudanya. Kita harus bangkit dan mendobrak perguruan tinggi muhammadiyah tuk mau menaungi kader mudanya.
Hingga suatu hari beliau bersama beberapa kader IPM bergegas menuju kota muhammadiyah.“Perguruan ini milik muhammadiyah maka kader mudanya harus dijaga,bukan hanya berisi orang lain yang mencari uang namun tak mau jadi kader yang sesungguhnya” suasana menjadi semakin tegang dikala komandan melontarkan kata bak petir di siang bolong.Hingga menyambar telinga para petinggi di salah satu universitas muhammadiyah. Ucapannya bernada tinggi dengan raut wajah yang meyakinkan. Hasil dari kegigihannya tak sia-sia. Kini sudah ada dua universitas di yogyakarta yang selalu menampung kader militan bangsa. 
Tak lepas dari itu,ikatan senasip dan seperjaunganpun dirasakan oleh sahabat beliau, Pak Iman namanya. Pak iman yang sudah menjadi saudagar kaya dengan usaha dan yayasan TK nya ikut berjuang bersama komandan. Sekitar 13 kader IPM sudah di kuliahkannya, berniatkan untuk menolong agama dan bangsa agar generasi muhammadiyah bisa membangun negeri ini. Pejuang negeri tak melulu hanya dengan prestasi tinggi namun tidak ada kontribusi. Pejuang negeri yang sesungguhnya adalah pencipta kader berintegrasi dan berkontribusi membangun negeri. Itulah yang namanya cinta akan negeri.
Kader yang tercipta dari sebuah perjuangan yang nyata kini tengah menggapai asa. Tiada hari tanpa adanya perjuangan. Sedetik yang kamu lewatkan tak dapat digantikan. Itulah yang menjadi motivasi kader IPM disini. Walau sekarang aku sudah di bangku kuliah namun tetap jiwa IPMku selalu mengalir dalam darahku. Hasil yang diperolehpun tak terduga rasanya. Kini banyak kader IPM berkontribusi di universitasnya. Membangun dan membenahi system organisasi yang islami. Itu semua berkat motivasi yang tiada henti dari komandan kami. Kini sudah banyak kader muda yang berkontribusi membangun bangsa. Seperti kakakku satu ini. Kak Pujo namanya,dia sekarang menjadi Guru di Smk Muhammadiyah Kajen. Hasil didikan komandanku tak dapat dihiraukan lagi. Jiwa kepemimpinan serta tanggung jawab dan pondasi agama selalu tertanam dalam jiwa kadernya. Tak di pungkiri lagi kini kader muda sudah sukses di dunianya. Banyak hasil kadernya yang menjadi pimpinan di perusahaan dan bidang kemasyarakatan lainnya. 
Itulah hasil kontribusi komandan untuk negeri ini. Mencintai tak melulu dengan tenaga. Namun juga berkontribusi menciptakan kader muda sebagai penerus bangsa. Pesan yang selalu disampaikan kepada kadernya adalah semoga dengan aqidah yang kuat mampu memakmurkan negeri ini,jadilah kader cerdas,terampil dan peka terhadap lingkungan terutama umat islam sebagai saudanya dan janganlah mengenal lelah dalam berdakwah. Semua yang dilakukanya tak lepas akan rasa cinta pada negeri ini. 


Wahai pejuang pena dari tanah jawa
Torehkan karya nyata tuk dunia
Pencipta sejarah di kehidupan nyata
Bukan hanya hayalan semata
Kader muda jangan diam saja
Bangun dan bangunlah 
Negeri ini butuh pemikiranmu kawan
Tuk terbebas dari segala cengkraman
Jadilah agen perubahan bangsa



Nuun Walqolami wamaa yasturun
Salam Fastabiqul Khairot

~~ Lentera Senja ~~


Tak Kenal Maka Ta’aruf..
Chika Ardeviya Rista itulah nama lengkapku. Tepatnya 12 November 1998. Alamatku di Ds.Ketitanglor Kec.Bojong Kab.Pekalongan.IPM mengantarkanku mendapatkan beasiswa kader di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. 085293970748 itu no yang selaluku aktifkan. Surelku chika_rista@yahoo.com dan chikaardeviya@gmail.com.






Review Jurnal

REVIEW 2 ARTIKEL JURNAL TEORI KEBUDAYAAN Disusun oleh : Ch...