Menyandang
Gelar Negara Agraris dengan Sawah Kritis
Ungkapan
ini menjadi momok tersendiri bagi masyarakat kita saat ini. Dimana negara Indonesia
adalah negara yang memiliki keistimewaan yang luar biasa. Negara ini merupakan
salah satu negara terluas yang memiliki dua kompenan yang besar. Dimana kita
memiliki luas daratan yang terbentang dari tanah minang hingga tanah papua.
Lautan yang mengelilingi daratan dimana kekayaan alam bawah laut yang sangat
eksotis. Menjadikan negara Indonesai sebagai negara yang istimewa. Mengapa bisa
dikatakan negara yang istimewa?
Nah,kalau
kita bandingankan dengan beberapa negara lain yang kebanyaan hanya memiliki satu kompenan saja. Kalau tidak
daratan yang luas ya, tidak memiliki lautan ataupun sebaliknya hanya memilki
lautan yang luas namun daratannya sempit sehingga butuh reklamase laut untuk
dijadikan hunian baru bagi wargannya. Dibandingkan dengan negara tercinta kita
Indonesia? Tidak perlu bersusah payah untuk mengreklamase lautan menjadikan
daratan. Karena negara ini sudah dikaruniai lahan yang luas. Negara kita
Memilki kedua komponen tersebut bukan?.
Negara
yang terbentang dari Sabang hingga Merauke yang berjajar pulau-pulau, sambung
menyambung menjadi satu itulah Indonesia. Kalian masih teringat akan lagu
tersebut bukan? yang sering dinyanyikan sewaktu sekolah dasar dulu .negara
tercinta ini terdiri dari negara kepulauan dengan jumlah pulau kurang lebih
17.504 ini memiliki daya wisata yang ekonomis jika dikelola dengan benar.
Namun, sekarang ini terjadi perbedaan akan jumlah seluruh pulau yang dimiliki
Indonesia. Dimana Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI pada tahun 1972
mempublikasikan bahwa hanya 6.127 pulau yang memiliki nama. Kemuadian Pusat
survei pemetaan ABRI pada tahun 1987 menyatakan bahwa jumlah pulau di Indonesia
adalah 17.504 dan hanya 5.707 pulau yang telah memiliki nama. Namun kali ini
saya tidak akan mengajak anda untuk menghitung jumlah pulau sebenarnya yang
dimiliki Indonesia. Melainkan saya akan mengajak anda untuk membuka mata
mengenai sematan negara “Agraris” yang diberikan kepada negara kita
indonesia. Sebelum mengetahui apa itu
negara Agraris mari kita telaah kembali luasnya daratan negara kita sendiri?
Sejak
awal kemerdekaan negara Indonesia memiliki daratan yang luasnya mencapai
1.904.569 km2 . jumlah ini terhitung masih luas dimana lahan
pertanian dan hutan masih tersebar dipenjuru nusantara. Layaklah negara kita
mendapat julukan “Negara Agraris.”
Apa
itu Agraris?
Menurut
para ahli, Agraris adalah sector pertanian atau penduduk yang mayoritasnya
memiliki mata pencaharian pada sector pertanian jadi bisa artikan juga sebagian
profesi penduduk yang ada di suatu negara tersebut berprofesi sebagai petani.
Sedangkan
Negara Agraris itu sendiri adalah negara yang perekonomiannya bergantung pada
sector pertanian. Mari kita telusuri ada berapakah jumlah lahan pertanian yang
ada dari awal kemerdekaan hingga tahun 2017 ini. Apakah mengalamai kemajuan?
Atau hanya stagnan bahkan berkurang tergerus zaman dan peradaban dunia. Luas
lahan pertanian Indonesia adalah sekitar 41,5 juta Ha dengan pembagian :
Hortikultura 576 ribu Ha, tanaman Pangan 19 juta Ha,dan tanaman perkebunan 22
juta menurut buku statistic Indonesia 2014 terbitan BPS. Pada awal kemerdekaan
sendiri negara kita masih memiliki banyak hutan yang kemudian dibuka menjadi
lahan pertanian. Seperti pada pulau sumatera dan Kalimantan yang tadinya tidak
berpenghuni, kemudian pemerintah melakukan transmigrasi dan membuka hutan
sebagai lahan perkebunan sawit yang omsetnya melembung tinggi setiap bulanya dan
sangat menjanjikan.
Namun
semakin majunya zaman dan manusia tidak dapat mencegah dari peradaban. Lahan
pertanian kita mulai bergeser dan beralih fungsi menjadi perumahan,perkantoran,pusat-pusat
perbelanjaan yang memilki nilai investasi yang tinggi. Menurut Dekan Fakultas
Manusia Institus Pertanian Bogor menuturkan bahwa sebanyak 50.000 hingga
100.000 hektare lahan persawahan yang hilang setiap tahunya. Baik karena
beralih fungsi maupun yang tidak lagi digarap oleh petani.
Mari
kita telusuri apa penyebab dari beralih fungsinya lahan menjadi rumah ataupun
gedung dan lain sebagainya.
1. Jumlah
warga negara setiap harinya bertambah sehingga membutuhkan lahan untuk
dijadikan rumah.
2. Pertumbuhan
perkotaan,demografi maupun ekonomi
3. Banyaknya
generasi yang lebih suka bekerja di kantor yang bersih dibandingkan bekerja di
lading yang bergulat dengan kotaran.
4. Lahan
yang sudah tandus ataupun yang ditinggalkan petani karena melihat kanan kiri
sudah menjadi rumah sehingga pertumbuhan tanaman tidak memuaskan.
5. Adanya
politik ekonomi. Dimana para penguasa mengkelabuhi petani untuk menjual
lahannya dengan murah dan akan dijadikan pusat perdagangan yang menggiurkan.
6. Lulusan
pertanian kini semakin sedikit melihat banyaknya lahan yang dialih fungsikan.
Hal
diatas tidak akan terjadi jika generasi mudanya mau berterimakasih pada
sejarah. Dimana sejarah negara kita adalah negara agraris dan maritime. Jumlah
lahan yang memprihatikan ini sangat bertolak belakang dengan pertumbuhan
pusat-pusat perbelanjaan atau hiburan ditengah kota yang dahulunya lahan
pertanian. Negara agraris jangan sampai hilang ataupun tinggal nama saja untuk
negara ini. Mengelola lahan sekecil mungkin lebih baik daripada kita mengelola
lahan yang berhektar-hektar namun tidak memiliki kompetensi dalam mengelolanya.
Dengan
cara memanfaatkan lahan pekarangan rumah yang disulap menjadi kebun pribadi membantu
menyelamatkan sebutan negara Agraris itu sendiri. Tabulampot maupun hidroponik
juga bisa menjadi cara untuk bercocok tanam pada era seperti sekarang ini. Dimana
kita masih dapat bertani walau sawah sudah menjadi rumah mau pun pusat-pusat
hiburan lainya.
Seperti
halnya negara jepang yang memanfaatkan lahan semak simal mungkin sehingga bisa
mengelola dengan optimal. Bagaimana dengan negara kita memiliki lahan yang luas
namun tanpa pengelolaan yang optimal itu akan sia-sia . maksimalkan lahan
pertanian kita sehingga kelak anak cucu kita masih dapat merasakannya.
sang pejuang pena dari tanah jawa.
Chika Ardeviya Rista
Tidak ada komentar:
Posting Komentar