Mantra Menulis Ala Raditya Dika
Hallo,
pembaca setia blog Chika.
Di
minggu ke-3 bulan maret ini akhirnya bisa posting di blog lagi ya.
Nah kali ini saya akan membagikan pengalaman saya setelah membaca
buku Rahasia Menulis Kreatif
karya Raditya Dika. Wah, pasti kalian sudah tidak asingkan dengan nama
itu. Selain penulis novel dan scenario film hebat, wajahnya sudah tidak asing
lagi di layar kaca Indonesia. Tulisannya sudah tidak dapat diragukan lagi deh.
Sudah dijamin pasti bakalan best seller. Siapa dulu. ? Raditya Dika gitu.
Tapi kalian jangan iri ya, apalagi saya sendiri. Heheh.
Kalau kalian ingin menulis sehandal Raditya dika, ini ada beberapa
langkah yang saya sebut mantra dalam menulis ala Raditya Dika. Jangan dikira
menulis itu gampang ya. Terkadang orang – orang memandang remeh seorang
penulis. Menurutnya menulis itu tidak ada gunanya. Justru itu salah besar.
Menulis itu artinya mengukir peradapan. Kalau kita sudah meninggal kelak. Dan
kita punya tulisan, itu artinya nama kita akan abadi walaupun jiwa telah mati.
Lagi pula menulis bisa dijadikan sebagai amal jariyah bukan, yaitu amal yang
tidak akan terputus dan akan dibawa sampai akhirat kelak. Jadi sudah tidak ada
alasan kenapa tidak menulis ya .
Ada beberapa mantra dalam menulis menurut Raditya Dika dalam buku
yang berjudul Rahasia Menulis Kreatif yang akan saya paparkan sebagai
berikut :
- 1 Persiapan Sebelum Menulis
Tentunya ketika awal menulis ada yang namanya persiapan. Bisa
dikatakan sebagai pemanasan gitu kali ya kalau di olahraga. Hehehe. Bahkan
penulis handal seperti raditya dika saja butuh waktu berbulan – bulan untuk
mempersiapkan sebuah ide dalam tulisannya. Waktu yang lumyan lama ya. Tapi
sudah tidak diragukan lagi deh hasilnya. Pada bab awal ini Kak radit begitu
saya sapa mengutarakan beberapa hal penting yaitu :
a.
Menggali
Ide
Ide
merupakan dasar pokok dari sebuah cerita yang akan kita sampaikan kepada
pembaca. namun terkadang beberapa penulis handalpun kesulitan dalam menemukan
ide. Namun menurut radit ide itu tidak akan datang dengan sendirinya melaikan
kita sendiri yang harus menggalinya. Terkadang ide juga bisa datang dari
lingkungan sekitar kita bahkan pengalaman hidup yang manis ataupun pahit
sekalipun. Begitupula dengan Radit yang menemukan idenya dengan menggali
masalah serta pengalaman hidupnya sendiri. Sehingga tulisannya memiliki jiwa
dan nampak hidup . jika kegelisahan itu tak kunjung ditemui maka teruslah
mencari. Radit memberikan langkah mencari kegelisahan seperti :
·
Apa pengalaman kamu yang paling menyakit‑kan?
·
Apa yang beberapa hari ini selalu mengganggu kamu?
·
Apa yang selalu membuat kamu kesal?
Nah kemudian disatukan menjadi sebuah ide dasar
dari tulisanmu untuk dikembangkan menjadi sebuah cerita.
b.
Mengubah
Ide menjadi Premis
Premis
adalah intisari cerita dalam satu kalimat saja.
Untuk membuat premis ada rumusnya yaitu Karakter utama + Tujuan + Halangan.
Contohnya sebagai berikut:
Scenario
Cinta Brontosaurus (2013), premisnya adalah sebagai berikut.
Seorang penulis yang percaya bahwa cinta bisa kedaluwarsa ingin punya pacar,
tetapi
dia harus membuktikan
bahwa apa yang dia percayai selama ini salah.
o
Karakter utamanya adalah seorang penulis yang
percaya bahwa cinta
bisa
kedaluwarsa.
o
Tujuannya
adalah ingin punya pacar.
o
Halangannya adalah harus
membuktikan bahwa apa yang dia percayai selama
ini salah.
Dengan membuat
premis artinya kamu memilki panduan dalam mengembangkan cerita yang sedang kamu
tulis.
c.
Menciptakan
Karakter ( Bagian Pertama)
Karakter adalah tokoh yang hidup di dalam cerita
yang kita ciptakan. Sebuah cerita hanya akan menarik jika karakter yang hidup di
dalamnya menarik. Pertama‑tama, kita harus kenal dulu dengan karakter yang akan
kita ciptakan. Kita tidak boleh hanya memberikan dia nama dan jenis kelamin, namun
kita harus menciptakan personality untuk karakter ini. Kita harus menciptakan kepribadian
yang unik.
Kita harus
membuat dia istimewa. Dalam menciptakan karakter ada dua hal yaitu
Lapisan dalam diri dan Lapisan luar diri.
d.
Menciptakan
Karakter (Bagian Kedua)
Setelah
membagi menjadi dua lapisan selanjutnya adalah membahas peran karakter di dalam
cerita tersebut. Dimana adanya pemabgian seprti karakter utama, absurd,
pendamping dan lain sebagainya.
e.
Struktur
Tiga Babak
Radit
membaginya menjadi 3 babak yaitu ACT 1, ACT 2, ACT 3 atau dalam bahasa
Indonesia yaitu Babak 1, Babak 2, babak 3. Dimana babak 1 berisi pengenalan,
babak 2 berisi permasalahan/aksi dan babak 3 berisi tentang kesimoulan atau
akhit dari cerita. Persentasenya adalah 25% Babak 1, 50% babak 2, dan 25% untuk
babak 3.
f.
Final
Check
Bagain ini
menjadi proses akhir dalam persiapan menulis dengan menyatukan semuanya dari
awal hingga akhir. Kemudian dichek kembali apakah ada yang perlu direvisi atau
tidak. Mulai dari ied hingga pembabakan apakah selaras atau tidak.
2.
Dasar
– Dasar Menulis Kreatif
a.
Point
of View
Point
of you adalah sudut pandang kamu dalam menceritakan cerita yang kamu tulis.
Point of you yang niasa digunakan adalah sudut pandang orang pertama ( Aku) dan
sudut pandang orang ketiga.
b.
First
Lines
First
lain adalah kalimat utama yang memiliki peran penting dalam sebuah cerita. Sehingga
pembaca menjadi tertarik untuk menyelesaikan bacaannya. Begitupula seorang
editor hanya butuh membaca lima kalimat pembukaan untuk menentukan layak atau
tidaknya naskahmu diterbitkan.
First lines menggambarkan langsung menggambarkan mood cerita secara keseluruhan
dalam bukumu.
Misalnya, dengan kalimat pertama seperti ini:
Aku baru saja hendak pulang kantor, saat mayat sahabatku muncul di atas meja kerjaku.
Kita langsung tahu ini adalah cerita horror. Moodnya langsung terasa angker, penuh misteri.
Suasana
juga terasa mencekam.
c.
Showing
and Telling
Showing
adalah memperlihakan, sedangkan telling adalah memberi tahu. Biasanya tulisan
yang baik lebih banyak showingnya dibandingkan telling. Berikut ini kami
berikan contoh agar mudah untuk dipahami :
o Di rumah lagi nggak ada orang.Aku jadi ketakutan sampai‑sampai tidak bisa tidur.
Bandingkan bedanya dengan kalimat ini:
o Aku perhatikan seisi rumah, sepi, pekat terasa. Aku beranjak ke tempat tidur,kupandangi kegelapan yang mencekam, dan malam itu, bulu kudukku tidak bisa berhenti berdiri.
Kalimat
yang pertama menekankan pada telling sedangkan kalimat kedua menekankan
pada showing.
d.
Menggunakan
Metafora
Metafora
adalah teknik menulis menggunakan hal lain untuk menggambarkan sesuatu, padahal
keduanya tidak saling berhubungan. Metafora termasuk salah satu gaya bahasa
yang biasa digunakan dalam menulis fiksi. Penggunaan gaya bahasa mampu
memberikan kesan indah pada tulisan kita.
e.
Voice
Voice
bisa disebut juga dengan karakter/ciri khas yang dimiliki penulis. Jadi seperti
penyanyi, ketika kita hanya mendengar suaranya saja maka penonton / pembaca
sudah mengetahui siapa namanya. Begitupula dengan penulis.
f.
Menambahkan
Komedi dalam Tulisan
Kesan lucu pada
tulisan terkadang mampu memberikan kesan santai dan dekat antara penulis dengan
pembaca. namun terkadang penulis harus mampu mengatur siasat agar pembaca ikut
hanyut dalam suasana cerita.
3.
Setelah
Selesai Penulisan
a.
Editing
Proses
ini sangat terpenting dalam menghasilkan sebuah cerita sehingga tidak ada
kecacatan apapun dan cerita menjadi sempurna. Editing ini berawal dari membaca
ulang keseluruhan naskah hingga selesai kemudian mencari sesuatu yang masih
menjanggal dalam cerita tersebut dan memperbaikinya.
b.
Menembus
Penerbit
Penulis
mana yang tidak bercita – cita karyanya bisa diterbitkan oleh penerbit mayor.
Penerbit akan mencetak bukumu dan mengirimkannya ke percetakan. Untuk menembus
penerbit tentunya naskah kamu harus sempurna terutama dari fisiknya ( tatanan
penulisan). Karena sebelum editor membacanya pasti akan melihat tatanan
penulisnya.
c.
Menjual
dan Mempromosikan Buku
Berhasil
menerbitkan buku menjadi pencapaian terbesar dalam hidup penulis. Namun
terkadang merasa kebingungan jika untuk menjual dan mempromosikan bukunya. Buku
yang tidak laku tidak sepenuhnya kesalahan penulis. Tetapi bagaimana system
pemasaran pada dunia industry. Apalagi jika penulis yang belum memiliki nama.
Jadi penulis yang baik adalah pemasara yang baik. Tentunya dengan memperbanyak
network, unique selling point,tiga kata magis,
dan branding.
d.
Menembus
Production House
Setelah selesai
menerbitkan buku itu bukan berarti pekerjaan kita telah selesai. Tetapi
bagaimana buku kita menjadi laris dan lolos production house hingga ditayangkan
di layar lebar. Tentunya kamu harus memiliki networking yang baik dengan kolega
– kolega di dunia perfilman.
Semoga Bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar