Obrolan Patjar Merah
J.S Khairen dan Handita
Di kota yang mempunyai label kota pendidikan seperti Yogyakarta ini
tidak sulit menemukan toko buku maupun bazar – bazar yang diadakan oleh
berbagai penerbit. Salah satunya adalah event Patjar Merah yang sudah
berlangsung sejak awal maret hingga 10 maret di Gedong Kuning Yogyakarta. Berbagai buku mulai hadi fiksi hingga
non-fiksi dapat kita jumpai. Diskon yang ditawarkanpun cukup menggiurkan mulai 10%
- 30 % setiap bukunya. Selain bazar buku, Patjar Merah juga mengadakan berbabai
workshop maupun obrolan ringan dengan menghadirkan berbagai narasumber yang
ternama. Mulai dari beberapa penulis terkenal seperti Trynity, J.S Khairen,
Handita, hingga penulis film maupun chef terkenal seklaipun. Hal ini sangat
menarik perhatian dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa yang sedang
berburu buku kuliah, remaja wanita yang memburu novel cinta bahkan ada buku
anak – anak dan resep memasak. Nah, cocok tuh bagi calon ibu dan bapak muda yang
baru membina rumah tangga. Heheheh… Kalau aku pribadi cukup membeli novel atau
sekedar lihat buku – buku kuliah yang dicari siapa tau ketemu jodoh, Eh
maksudnya moga aja ketemu buku yang dicari. Hahahha. Letak event ini sangat strategis sehingga
mudah dicari dengan banner besar yang mampu menyita mata penghuni jalan saat
melewati kawasan gedong kuning.
J.S Khairen dan Handita menjadi salah satu penulis yang menarik
bagi pengunjung yang tengah berburu buku ataupun sengaja datang untuk melihat
penulis kesayangannya. J.S Khairen ialah penulis muda yang sudah aktif menulis
sejak tahun 2013. Tak disangka ia adalah seorang lulusan ekonom dari fakultas
ekonomi dan bisnis di Universitas
Indonesia. Nggak kebayang ya anak ekonom UI sekalipun mampu nulis novel hingga
best seller. Bisa kalah nih anak sastra macam saya. Hehehe. Pengalaman dia
menjadi asisten dosen semasa kuliah mengisahkan banyak cerita yang dapat
dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Dosennyalah yang menjadi motivasi awal
Khairen dalam menulis. Ia sebagai asistennya tidak boleh menyia – nyiakan kesempatan
ini dengan menyerap semua ilmu yang dimiliki dosennya. “Seorang Professor yang
bisa dikatan sudah tua saja masih bisa produktif dengan aktivitas padat
sekalipun, masa kita yang maih muda hanya bisa menikmati karyanya saja. Saat di
pesawat beliau nulis kemudian dikirim ke Sindo. Saat di ruang tunggu bandara,
nulis lagi kirim ke Kompas. Saat itulah motivasi saya menulis dan berjanji akan
selalu produktif.” Ucap khairen saat menceritakan awal mulanya menulis.
Hingga saat ini sudah 8 buku yang dia tulis. Dan salah satunya yang
menjadi best seller adalah buku 3000 passport dan buku Kami ( bukan ) Sarjana Kertas
yang menjadi trending dihampir perguruan tinggi di Indonesia. Buku Kami (bukan)
Sarjana kertas ini sudah habis lebih dari 3000 eksemplar dan terus kami tambha
jumlahnya. Buku ini sudah ia tulis sejak 4 tahun yang lalu dengan melakukan
penelitian dengan 3000 sarjana muda. Buku ini juga menceritakan bagaimana
kehidupan para sarjana yang baru lulus dan binggung mau memulai pekerjaan dari
mana. Hingga ia menyadari bahwa ijazah menjadi percuma. Tapi ia menyadari bahwa
ijazah memang bukan segala – galanya. Tapi dengan menjadi sarjana bukan berarti
kita harus terpaku pada selembar kertas yang bernama ijazah itu. Bahkan khiaren
yang notabennya adalah lulusan ekonom sekalipun mampu menjadi penulis terkenal
seperti sekarang ini. Walaupun kita jurusan apapun itu saat ada peluang maka
ambilah dan jangan pernah disia – siakan. Karena orang yang sukses adalah orang
yang peka terhadap peluang. Dalam proses promosi buku ini juga ia melakukan hal
yang sangat extreme dengan membuat film pendek dimana ada salah satu adegan membakar
ijazah kuliahnya. Bahkan kelakuannya ini membuat ibu dan keluarganya marah
hasib – habisan. Padahal itu semua hanyalah efek dari pembuatan video dan
rekayasa semata.
Setelah mengulik habis tentang J.S Khairen, kini gantian Handita
seorang penulis muda dari Jawa Timur yang berbagi kisah tentang proses
menulisnya. Handita sendiri lebih suka menulis novel dengan genre horror maupun
komedi horror. Buku pertama yang ia tulis mengisahkan tentang pohon besar yang
di diami oleh sesosok kuntilanak. Dan menurutnya merasakan keganjalan saat
menulis novel yang pertamanya. Handita juga memberikan tips menulis dengan
mulailah menulis sekecil peristiwa apapun yang kita rasakan dan mulailah
kembangkan. Jangan pernah takut untuk memulai dan ide itu tidak datang secara
bersamaan. Jadi ketika menulis tak tau arah tujuannya maka jangan pernah
khawatir karena ide – ide baru akan muncul saat proses penulisan itu
berlangsung. Hanya bagaimana kita mengolah ide yang sudah ada.
Selain kedua penulis hebat itu hadir pula pembicara hebat lainnya
di hari berikutnya. Menariknya di event ini tidak menyediakan kantong kresek
bagi setiap pembeli. Jadi pembeli harus membawa tas sendiri sebagai tempat buku
– buku yang dibelinya hal ini sangat
ramah lingkungan. Mengingat jumlah sampah terbesar di Indonesia adalah sampah plastik.
Harapannya semoga ada event – event lain seperti patjar merah pada
kesempatan berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar