Senin, 11 Maret 2019

Riview Patjar Merah


Obrolan Patjar Merah
J.S Khairen dan Handita

 
 

Di kota yang mempunyai label kota pendidikan seperti Yogyakarta ini tidak sulit menemukan toko buku maupun bazar – bazar yang diadakan oleh berbagai penerbit. Salah satunya adalah event Patjar Merah yang sudah berlangsung sejak awal maret hingga 10 maret di Gedong Kuning Yogyakarta.  Berbagai buku mulai hadi fiksi hingga non-fiksi dapat kita jumpai. Diskon yang ditawarkanpun cukup menggiurkan mulai 10% - 30 % setiap bukunya. Selain bazar buku, Patjar Merah juga mengadakan berbabai workshop maupun obrolan ringan dengan menghadirkan berbagai narasumber yang ternama. Mulai dari beberapa penulis terkenal seperti Trynity, J.S Khairen, Handita, hingga penulis film maupun chef terkenal seklaipun. Hal ini sangat menarik perhatian dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa yang sedang berburu buku kuliah, remaja wanita yang memburu novel cinta bahkan ada buku anak – anak dan resep memasak. Nah, cocok tuh bagi calon ibu dan bapak muda yang baru membina rumah tangga. Heheheh… Kalau aku pribadi cukup membeli novel atau sekedar lihat buku – buku kuliah yang dicari siapa tau ketemu jodoh, Eh maksudnya moga aja ketemu buku yang dicari. Hahahha.  Letak event ini sangat strategis sehingga mudah dicari dengan banner besar yang mampu menyita mata penghuni jalan saat melewati kawasan gedong kuning. 

J.S Khairen dan Handita menjadi salah satu penulis yang menarik bagi pengunjung yang tengah berburu buku ataupun sengaja datang untuk melihat penulis kesayangannya. J.S Khairen ialah penulis muda yang sudah aktif menulis sejak tahun 2013. Tak disangka ia adalah seorang lulusan ekonom dari fakultas ekonomi dan bisnis  di Universitas Indonesia. Nggak kebayang ya anak ekonom UI sekalipun mampu nulis novel hingga best seller. Bisa kalah nih anak sastra macam saya. Hehehe. Pengalaman dia menjadi asisten dosen semasa kuliah mengisahkan banyak cerita yang dapat dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Dosennyalah yang menjadi motivasi awal Khairen dalam menulis. Ia sebagai asistennya tidak boleh menyia – nyiakan kesempatan ini dengan menyerap semua ilmu yang dimiliki dosennya. “Seorang Professor yang bisa dikatan sudah tua saja masih bisa produktif dengan aktivitas padat sekalipun, masa kita yang maih muda hanya bisa menikmati karyanya saja. Saat di pesawat beliau nulis kemudian dikirim ke Sindo. Saat di ruang tunggu bandara, nulis lagi kirim ke Kompas. Saat itulah motivasi saya menulis dan berjanji akan selalu produktif.” Ucap khairen saat menceritakan awal mulanya menulis.
Hingga saat ini sudah 8 buku yang dia tulis. Dan salah satunya yang menjadi best seller adalah buku 3000 passport dan buku Kami ( bukan ) Sarjana Kertas yang menjadi trending dihampir perguruan tinggi di Indonesia. Buku Kami (bukan) Sarjana kertas ini sudah habis lebih dari 3000 eksemplar dan terus kami tambha jumlahnya. Buku ini sudah ia tulis sejak 4 tahun yang lalu dengan melakukan penelitian dengan 3000 sarjana muda. Buku ini juga menceritakan bagaimana kehidupan para sarjana yang baru lulus dan binggung mau memulai pekerjaan dari mana. Hingga ia menyadari bahwa ijazah menjadi percuma. Tapi ia menyadari bahwa ijazah memang bukan segala – galanya. Tapi dengan menjadi sarjana bukan berarti kita harus terpaku pada selembar kertas yang bernama ijazah itu. Bahkan khiaren yang notabennya adalah lulusan ekonom sekalipun mampu menjadi penulis terkenal seperti sekarang ini. Walaupun kita jurusan apapun itu saat ada peluang maka ambilah dan jangan pernah disia – siakan. Karena orang yang sukses adalah orang yang peka terhadap peluang. Dalam proses promosi buku ini juga ia melakukan hal yang sangat extreme dengan membuat film pendek dimana ada salah satu adegan membakar ijazah kuliahnya. Bahkan kelakuannya ini membuat ibu dan keluarganya marah hasib – habisan. Padahal itu semua hanyalah efek dari pembuatan video dan rekayasa semata.
Setelah mengulik habis tentang J.S Khairen, kini gantian Handita seorang penulis muda dari Jawa Timur yang berbagi kisah tentang proses menulisnya. Handita sendiri lebih suka menulis novel dengan genre horror maupun komedi horror. Buku pertama yang ia tulis mengisahkan tentang pohon besar yang di diami oleh sesosok kuntilanak. Dan menurutnya merasakan keganjalan saat menulis novel yang pertamanya. Handita juga memberikan tips menulis dengan mulailah menulis sekecil peristiwa apapun yang kita rasakan dan mulailah kembangkan. Jangan pernah takut untuk memulai dan ide itu tidak datang secara bersamaan. Jadi ketika menulis tak tau arah tujuannya maka jangan pernah khawatir karena ide – ide baru akan muncul saat proses penulisan itu berlangsung. Hanya bagaimana kita mengolah ide yang sudah ada.
Selain kedua penulis hebat itu hadir pula pembicara hebat lainnya di hari berikutnya. Menariknya di event ini tidak menyediakan kantong kresek bagi setiap pembeli. Jadi pembeli harus membawa tas sendiri sebagai tempat buku – buku yang dibelinya hal ini  sangat ramah lingkungan. Mengingat jumlah sampah terbesar di Indonesia adalah sampah plastik.
Harapannya semoga ada event – event lain seperti patjar merah pada kesempatan berikutnya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Jurnal

REVIEW 2 ARTIKEL JURNAL TEORI KEBUDAYAAN Disusun oleh : Ch...